Selasa, 16 Maret 2010

HEMAVATA SUTTA

BAB I
BAB TENTANG ULAR
9. HEMAVATA SUTTA
Satagira dan Hemavata
Percakapan antara dua makhluk raksasa mengenai sifat-sifat Sang Buddha -- dan setelah pertanyaan mereka terjawab, mereka menjadi pengikut Sang Buddha
1. Yakkha Satagira berkata: Hari ini adalah bulan purnama menurut kalender bulan. Malam yang agung telah mendekat. Marilah kita menghadap YM Gotama, guru yang sempurna namanya. (153)
2. Yakkha Hemavata berkata: Apakah pikiran Yang Teguh Hati ini benar-benar terarah baik kepada semua makhluk? Apakah Beliau dapat mengendalikan pikirannya terhadap hal-hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan (154)
3. Satagira: Pikiran Sang Buddha terarah dengan baik pada semua makhluk. Lagi pula, Beliau telah mengendalikan pikirannya terhadap hal-hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. (155)
4. Hemavata: Apakah dia tidak mencuri? Apakah dia dapat mengendalikan dirinya sendiri terhadap semua makhluk? Apakah dia jauh dari kemalasan? Apakah dia tidak berhenti bermeditasi? (156)
5. Satagira: Beliau tidak mencuri. Sikapnya pada semua makhluk amatlah terkendali. Beliau jauh dari kemalasan. Yang Tercerahkan tidak mengabaikan meditasi. (157)
6. Hemavata: Apakah dia tidak berbicara bohong? Apakah dia tidak menggunakan kata-kata kasar? Apakah dia tidak mengatakan hal-hal yang menyebabkan kesedihan? Apakah dia tidak memanjakan diri di dalam percakapan tak keruan? (158)
7. Satagira: Beliau tidak berbicara bohong. Tidak juga Beliau menggunakan kata-kata kasar maupun kata-kata yang menyebabkan kesedihan. Yang Beliau bicarakan hanyalah hal-hal yang bijaksana dan berguna. (159)
8. Hemavata: Apakah dia tidak melekat pada kesenangan-kesenangan duniawi? Apakah pikirannya tidak terganggu? Apakah dia telah mengatasi kegelapan batin? Apakah dia telah mencapai kebijaksanaan mengenai segala hal? (160)
9. Satagira: Beliau tidak melekat pada kesenangan-kesenangan duniawi. Pikirannya tidak terganggu. Semua kegelapan batinnya telah lenyap. Yang Tercerahkan memiliki kebijaksanaan mengenai segala hal. (161)
10. Hemavata: Apakah dia memiliki pengetahuan? Apakah tindak-tanduknya murni? Apakah dia sudah menghancurkan segala nafsu? Apakah dia telah mengakhiri [siklus] tumimbal lahir? (162)
11. Satagira: Beliau memiliki pengetahuan. Tindak-tanduknya murni. Beliau telah menghancurkan segala nafsu. Beliau tidak akan terkena tumimbal lahir (lebih jauh lagi). (163)
12. Hemavata: Pikiran Sang Pertapa dipenuhi dengan ucapan dan tindakan yang baik. Beliau memiliki pengetahuan benar dan tindak-tanduk benar. Marilah kita pergi menjumpai Gotama! (164)
13. Guru Gotama, yang berkaki bagaikan kijang, ramping, kokoh, yang hanya makan sedikit, tidak tamak, dan bermeditasi di hutan. Marilah kita pergi menghadap Beliau! (165)
14. Setelah mendekati Beliau, yang bagaikan singa hidup sendiri, yang tidak terpengaruh oleh kesenangan duniawi, marilah kita memohon jalan keluar dari cengkeraman kematian. (166)
15. [Keduanya berbicara] Kami bertanya kepada Gotama, Yang Tercerahkan, yang membabarkan Dhamma, yang menguraikan Dhamma secara rinci, yang telah mewujudkan segenap kebenaran, yang telah mengatasi kebencian dan rasa takut. (167)
16. Hemavata: Di atas apakah dunia dihasilkan? Dengan apakah dunia dikenal baik; sesudah melekat terhadap apa, oleh apa dunia menjadi kacau? (168)
17. Sang Buddha: O Hemavata, di dalam enam hal dunia dihasilkan, dengan enam hal dunia dikenal baik, setelah melekat pada enam hal, oleh enam hal dunia menjadi kacau. (169)
18. Hemavata: Kemelekatan apakah yang menyebabkan dunia ini kacau? Kami mohon penjelasan tentang [sarana] pembebasan; bagaimana dunia lepas dari penderitaan? (170)
19. Sang Buddha: Setelah menghancurkan nafsu dari lima kenikmatan indera di dunia ini, serta nafsu yang berhubungan dengan pikiran --yaitu indera keenam-- orang lepas dari penderitaan. (171)
20. Begitulah keselamatan dunia -- telah kujelaskan sebagaimana adanya. Hanya ini yang kuberitahukan: demikianlah dunia lepas dari penderitaan. (172)
21. Hemavata: Siapakah yang menyeberangi banjir? Siapakah yang menyeberangi lautan? Tanpa landasan, dan bila tidak ditopang, siapakah yang tidak tenggelam di dalam samudera dan lautan yang dalam? (173)
22. Sang Buddha: Orang yang selalu luhur, bijaksana, terkonsentrasi dengan baik, merenung ke dalam diri, dan penuh perhatian-kewaspadaan, dia menyeberangi banjir yang sulit diseberangi. (174)
23. Tidak memiliki pikiran yang penuh nafsu dan, setelah mematahkan segala belenggu, menjadi orang yang nafsu dumadinya sudah punah, dia tidak akan tenggelam masuk ke dalam. (175)
24. Hemavata: Pandanglah pertapa agung yang memiliki kebijaksanaan mendalam ini, yang lembut dalam mewujudkan kebenaran, tanpa nafsu, tidak melekat pada kesenangan duniawi, yang bebas dari segala belenggu dan berjalan pada Sang Jalan yang agung! (176)
25. Pandanglah pertapa agung yang sempurna namanya, yang lembut dalam mewujudkan kebenaran, yang menyampaikan kebijaksanaan, yang tidak melekat pada kesenangan duniawi, yang mengetahui segalanya, yang sempurna kebijaksanaannya, yang berjalan pada Jalan Mulia! (177)
26. Suatu pemandangan yang elok benar-benar telah muncul hari ini, fajar yang indah, kemunculan yang luar biasa, karena kita telah melihat Yang Tercerahkan Sempurna, yang telah menyeberangi banjir, yang telah bebas dari nafsu. (178)
27. Ribuan makhluk halus yang ada di sini, yang memiliki kekuatan supranormal dan kemasyhuran, semuanya berlindung pada Yang Mulia. Yang Mulia adalah Guru Agung kami. (179)
28. Maka kami pun akan berkelana dari desa ke desa dan dari gunung ke gunung seraya menyampaikan rasa hormat kami kepada Yang Tercerahkan, serta kepada ajaran-Nya yang dibabarkan dengan baik. (180)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar